Selasa, 16 September 2014

FESTIVAL BAMBOO RAFTING DAN BUDAYA LOKSADO Hari Jadi ke-64 Kabupaten Hulu Sungai Selatan  tanggal 2 Desember 2014, Kegiatan ini dengan berskala Nasional dengan target peserta dari :

-    Instansi Pemerintahan
-    Perusahaan
-    Organisasi
-    Sekolah dan Perguruan Tinggi
-    Masyarakat umum dan Wisatawan
Bentuk Kegiatan :
-    Pertunjukan seni budaya lokal
-    Jungle Crossing
-    Sajian budaya masyarakat Loksado
-    Wisata Bamboo Rafting

Info Pendaftaran :
Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupeten Hulu Sungai Selatan
Bidang Pemasaran dan Promosi Wisata Bagian Pelayanan dan Bimbingan Wisata
Jalan Jenderal Sudirman No 26, Kandangan
Telepon/fax 0517-21363

Kontak Person
ZULFAKAR, S.Pd
081349496147
e-mail bamboorafting@gmail.com

Kontak Person Sponsor
SYARIFUR RAHMAN
085332027545 / 0811519877
e-mail lamhiles@gmail.com

DWI NANDANG
085348048655
e-mail dwinandang76@yahoo.com

Kamis, 12 Juni 2014


Rabu, 11 Juni 2014

Mau mencoba Dodol Kandangan yaa datanglah ke Kandangan langsung karena disini Dodol asli. Salah satu makanan ringan khas dari Hulu Sungai Selatan adalah Dodol Kandangan. Memang Kota Kandangan terkenal pula dengan sentra industri makanan ringan terutama dodol. Selain di desa hamalau, perajin dodol juga banyak ditemui di desa Telaga Bidadari, Kapuh dan sekitarnya. Semua dodol Kandangan adalah ASLI. 
Pembuatan  Dodol Kandangan ini telah dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat. Di sepanjang jalan terdapat banyak toko yang menjual Dodol Kandangan dengan berbagai macam rasa.

Selasa, 13 Mei 2014

Aruh Basambu, aruh bawanang lalaya dan aruh bawanang banih halin merupakan warisan tradisi suku dayak meratus sebagai tanda adanya suatu ikatan emosional terhadap alam yang telah memberi kesuburan tanah leluhur mereka sehingga bisa dimanfaatkan untuk bahuma tugal (berladang). Aruh Adat dayak meratus diringi dengan berbagai tarian seperti batindik balian, kanjar dan bangsai yang dilengkapi dengan properti seperti gelang hiang, serunai, kapur, manyan, kembang lelehi, dan bermacam-macam sesaji untuk persembahan.

Aruh Adat dayak meratus yang ada di Loksado atau yang sering disebut dengan Aruh Ganal. Aruh Ganal digelar biasanya bulan juni / juli sebagai tanda ucapan syukur warga Dayak Meratus atas hasil panen.Serta sebagai ajang doa bersama warga Dayak Meratus agar pada panen berikutnya lebih banyak hasil yang didapat serta dijauhkan dari hama perusak tanaman. Saat berlangsung, beberapa Balian turut meramaikan Aruh Ganal.Balian merupakan kumpulan beberapa warga Dayak Meratus yang mengetahui seluk beluk upacara serta pengetahuan tentang adat istiadat.Mereka dapat mengucapkan mantra yang sangat panjang.Biasanya Balian tersebut berguru pada Balian Tuha dan belampah (semacam semedi terhadap berbagai roh halus untuk mendapatkan kesaktian tertentu).

Biasanya upacara adat ini tidak hanya dihadiri oleh masyarakat yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Selatan tetapi banyak dihadiri oleh masyarakat dari luar Loksado seperti Banjarmasin bahkan ada yang dari Jakarta, luar negeri ( turis asing dari berbagai Negara ), yang berdatangan untuk melihat acara upacara adat ini secara langsung. Para photographer dari berbagai kota juga selalu berdatangan setiap acara upacara adat ini. Aruh Ganal ini juga diramaikan oleh banyak nya sesaji berupa makanan khas.

Kamis, 08 Mei 2014




NURUL RISA FEBRIANTI

CIPT. BATUNG PRIADI (RENO)

Syair : Dharmasnyah Zauhidie
Aransemen : Ruslan Faridi
Lagu Banjar : Roma Paris

Album Lagu Banjar Banua Bersemarak
Pemerintah Kab. Hulu Sungai Selatan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2012

Senin, 28 April 2014

Kandangan, 22 April 2014, Dinas Kebudayaan dan Pariwasata Kabupaten Hulu Sungai Selatan mengadakan Lomba Nyanyi Lagu Banjar  Tingkat SLTA se Kab. HSS  dari tanggal 22  s/d  24 April 2014 di Open  Stage Darmansyah  Djauhdei, Acara Lomba nyanyi lagu Banjar di Bukakan oleh Kabid Kesenian yaitu Ibu Dahliana Agustina S.Pd

Minggu, 27 April 2014

KATUPAT KANDANGAN

 
Kalau anda berkunjung ke kabupaten Hulu Sungai Selatan dengan kota Kandangan, tidak lengkap rasanya bila belum mencicipi  ”Katupat Kandangan”. Makanan ini merupakan makanan khas yang sangat terkenal, dan banyak disukai orang. 

Untuk menikmati ketupat Kandangan di sepanjang jalan banyak terdapat warung dan rumah makan di kota kandangan yang menyediakannya, bahkan juga di pedesaan warung yang menjual ketupat kandangan mudah ditemui. 

Cara menyantapnya juga cukup unik, yaitu ketupat diremas dengan tangan, begitu tercampur dengan kuah santan, lalu kemudian disantap. (SELAMAT MENCOBA)

DODOL KANDANGAN
Mau mencoba Dodol Kandangan yaa datanglah ke Kandangan langsung karena disini Dodol asli. Salah satu makanan ringan khas dari Hulu Sungai Selatan adalah Dodol Kandangan. Memang Kota Kandangan terkenal pula dengan sentra industri makanan ringan terutama dodol. Selain di desa hamalau, perajin dodol juga banyak ditemui di desa Telaga Bidadari, Kapuh dan sekitarnya. Semua dodol Kandangan adalah ASLI. 
Pembuatan  Dodol Kandangan ini telah dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat. Di sepanjang jalan terdapat banyak toko yang menjual Dodol Kandangan dengan berbagai macam rasa.


TELUSURI KEINDAHAN ALAMNYA TEMUKAN KEUNIKANNYA KENALI BUDAYANYA IKUTI ATRAKSINYA SERIBU SATU KERAGAMAN AKAN ANDA DAPATKAN DISINI, DI KANDANGAN ....... KAMI NANTIKAN KEDATANGAN ANDA 

Rabu, 23 April 2014

MONUMEN PROKLAMASI 17 MEI 1949 / TUGU NI'IH LOKSADO

Icon baru di Kabupaten Hulu Sungai Selatan yaitu keberadaan Warung Pakumpayan yang terletak di desa Pakumpayan kec Angkinang. Awal mula warung Pakumpayan cuma ada satu yaitu warung Ijar kemudian setelah beberapa tahun diikuti oleh warung lainnya dan terus bertambah serta berkembang pesat hingga saat ini. Warung pakumpayan dijadikan tempat persinggahan angkutan umum maupun masyarakat lainnya yang sedang berpergian dan melewati Pakumpayan. Puluhan warung sepanjang jalan kurang lebih 1 km.
Warung Pakumpayan menyediakan makanan dan minuman khususnya makanan tradisional khas Kabupaten Hulu Sungai Selatan serta makanan khas Kalimantan Selatan dan juga banyak aneka cemilan modern. Ketika sore hari sampai malam hari warung Pakumpayan selalu ramai dikunjungi pengunjung yang ingin menikmati beragam aneka kuliner, apalagi hari libur tertentu seperti sabtu dan minggu serta hari libur lainnya. Jalanan dibuat macet oleh keberadaan Warung ini untung saja banyak petugas masyarakat sekitar yang mengatur arus jalan.
Keberadaan warung Pakumpayan meningkatkan perekonomian warga setempat. Peluang usaha. Menaikkan pencari kerja. Lapangan kerja baru untuk pemilik warung. Apa saja yang ada di warung pakumpayan silahkan anda datang dan menikmati aneka kuliner yang tersedia disana.


TELUSURI KEINDAHAN ALAMNYA TEMUKAN KEUNIKANNYA KENALI BUDAYANYA IKUTI ATRAKSINYA SERIBU SATU KERAGAMAN AKAN ANDA DAPATKAN DISINI, DI KANDANGAN ....... KAMI NANTIKAN KEDATANGAN ANDA 

Kamis, 17 April 2014

Kandangan merupakan kota transit bagi kendaraan Kota Banjarmasin yang akan menuju ke Kota lainnya atau sebaliknya. Kota kecil ini memiliki terminal yang cukup sibuk dan sebuah bangunan pasar Los Batu yang modern. Jika anda singgah di kota ini, cobalah makanan khas Kabupaten Kandangan yang lezat yaitu Ketupat yang dimakan dengan Gulai Ikan Haruan. Dan yang baru-baru ini Kandangan Kota Kuliner setiap hari minggu di acara car free sunday yang menyediakan beragam aneka kuliner tradisional maupun kuliner modern.
Nagara merupakan kota kecil yang ditempati Sungai Nagara (cabang Sungai Barito) dan sering meluap. Karena itu, rumah penduduk di tenpat ini umumnya adalah rumah yang dibangun di atas tiang-tiang tinggi. Pada saat musim hujan, hampir seluruh bagian kota tertutupair kecuali jalan yang sengaja dibuat tinggi, namun pada puncak musim hujan, permukaan jalan juga tertutup air sehingga Nagara berubah menjadi semacam kota air
Menurut catatan sejarah, Nagara yang terletak tidak jauh dari kota Kandangan, merupakan ibukota dari kerajaan pertama di Kalimantan Selatan bernama Nagara Dipa sebelum dipindahkan oleh Pangeran Samudera ke Bandarmasih yang kemudian berkembang menjadi Kota Banjarmasin saat ini. Nagara juga menjadi pusat kerajinan senjata tajam seperti pedang, golok dan keris. Para pengrajin ditempat ini mampu menghasilkan berbagai jenis senjata tajam seperti Mandau dengan bentuk yang indah dilengkapi dengan sarungnya.
Mandau adalah pedang tradisional suku Dayak yang dibuat di Desa Hadirau dan Tumbukan Banyu. Pembuatannya memnggunakan peralatan sederhana dan diselesaikan sekelompok pengrajin dan Mandau hanya di buat untuk hiasan. Tapi adapula Mandau yang khas dibuat sendiri oleh ahlinya dan pedang ini dipercayai memiliki kekuatan magis yang diisi melalui upacara ritual.
Pembuatan gerabah terletak di Desa Bayanan tidak jauh dari Pasar Nagara, pengunjung bisa menyaksikan setiap tahapan pembuatan dengan peralatan sederhana atau bahkan pengunjung bisa memcoba ikut untuk pembuatannya. Pengrajin biasanya membuat bermacam-macam bentuk Tembikar dan yang terkenal adalah Dapur Nagara atau Anglo.
Gunung Kentawan lebih dikenal sebagai lambang sari kawasan Loksado karena letaknya strategis dan dapat dilihat dari berbagai penjuru. Gunung ini adalah kawasan hutaqn lindung berupa gunung batu yang ditumbuhi pepohonan disekelilingnya, letak kawasan ini sekitar 28 Km dari kota Kandangan, dan untuk mencapainyahanya jalan kaki lewat Desa Lumpangi, muara Hanip atau Datar Belimbing (Hulu Banyu). Dengan memiliki luas sekitar 245 ha, didalamnya terdapat aneka jenis flora termasuk anggrek Hutan dan fauna yang dilindungi seperti Bekantan, Owa-Owa, Raja Udang (Halcyon SP)dll.
Air Panas Tanuhi merupakan obyek wisata yang sangat indah dan menarik untuk dikunjungi, disamping pemandangan yang indah juga tersedia beberapa fasilitas seperti : Cottag Type A dan B, Gazebo, Aula untuk pertemuaan, Kolam Renang, Kolam Berendam, Kolam Air Panas dari Panas Alam, Cafetaria, Lapangan Tenis dan Tempat Bermain Anak. Akses jalan menuju tempat lokasi sangat mudah dari Ibukota Propinsi Banjarmasin 168 km bisa ditempuh dengan roda 4 selama 4 jam.
Balai Adat Malaris adalah yang paling besar diantara bali yang lain dikawasan Loksado, berbeda dengan balia adat lainnya, balai ini masih dihuni dimana ada 40 keluarga besar. Berjarak 2,5 km dari Loksado. Tidak jauh dari Balai Malaris terdapat sebuah bendungan pembangkit tenaga listrik dan sebuah riam untuk bemandi ria, yaitu Riam Berajang dan Riam Anai.
Kawasan Loksado memiliki hutan primer banyak ditumbuhi pepohonan dan kayu-kayuan yang beraneka ragam. Jenis pohon yang tumbuh diwilayah ini adalah seperti: Meranti, Sungkai, Ulin, Karet, Kayu Manis, dan jenis pohon buah-buahan serta aneka jenis bunga Anggrek. Didalam hutan juga hidup berbagai satwa, seperti: Kijang, Kancil, Macam, Beruang, aneka jenis kera termasuk Bekantan, Satwa Melata dan jenis burung, seperti: Raja Udang, Enggang, Ayam, Hutan dll. Begitu pula dengan Kupu-Kupu dengan aneka warna yang menawan.
Arung Jeram dengan rakit bambu di sungai Amandit adalah puncak dari kegiatan perjalanan setelah beberapa hari. Kegiatan inilah yang paling banyak disukai oleh banyak wisatawan dan yang palinng mengesankan. Ada beberapa lokasi yang bagus untuk memulai perjalanan dengan tingkat kesulitan dan waktu tempuh yang bervariasi tergantung dari keinginan wisatawan itu sendiri.
Air terjun Haratai terletak di desa lebih kurang 15 menit perjalanan dari Balai Haratai, dapat ditempuh dengan memasuki hutan bambu dan perkebuna karet atau kayu manis. Air terjun tersebut bertingkat tiga dengan ketinggian masing-masing 13 meter. Pengunjung dapat bermandi ria pada telaga, tetapi dibagian bawah air terjunnya, atau hanya duduk-dudk diatas bebatuan besar. Tersedia juga tempat ganti pakaian dan shel teruntuk beristirahat.
Air Terjun Riam Anai ± 2 km dari desa Malaris Kecamatan Loksado merupakan air terjun yang sangat deras dengan ketinggian 4 meter.
Air Terjun Kilat Api terletak di desa Tanuhi 4 km dari penginapan/cottage Tanuhi. Bisa ditempuh dengan kendaraan roda 4 atau roda 2.

TELUSURI KEINDAHAN ALAMNYA TEMUKAN KEUNIKANNYA KENALI BUDAYANYA IKUTI ATRAKSINYA SERIBU SATU KERAGAMAN AKAN ANDA DAPATKAN DISINI, DI KANDANGAN ....... KAMI NANTIKAN KEDATANGAN ANDA  

Minggu, 23 Maret 2014


Objek wisata alam Loksado tak hanya menarik dari segi kesejukan alam, air terjun bertingkat dan pemandinan air panas di desa Tanuhi.Arung jeram Loksado tepatnya berada di 60 km dari kota Kandangan, ibukota kabupatan Hulu Sungai Selatan atau 195 km dari Banjarmasin Kalimantan Selatan. Pernak-pernik kekayaan budayanya menjadi sumber inspirasi bagi peneliti budaya dan tumbuh-tumbuhan.

Gunung Kentawan lebih dikenal sebagai lambang sari kawasan Loksado karena letaknya strategis dan dapat dilihat dari berbagai penjuru. Gunung ini adalah kawasan hutan lindung berupa gunung batu yang ditumbuhi pepohonan disekelilingnya, letak kawasan ini sekitar 28 Km dari kota Kandangan, dan untuk mencapainyahanya jalan kaki lewat Desa Lumpangi, muara Hatip atau Datar Belimbing (Hulu Banyu). Dengan memiliki luas sekitar 245 ha, didalamnya terdapat aneka jenis flora termasuk anggrek Hutan dan fauna yang dilindungi seperti Bekantan, Owa-Owa, Raja Udang (Halcyon SP)dll.Wisata Indonesia Surga Dunia.
Benteng Madang
Benteng Madang terletak di kec Padang Batung di desa Madang. Desa Madang merupakan daerah pegunungan oleh karena itu udaranya sangat sejuk sekali. Jarak dari kota Kandangan ke lokasi Benteng Madang sekitar 8 km tidak jauh. Benteng Madang merupakan benteng pertahan untuk melawan serdadu Belanda di zaman dulu.

Senin, 17 Maret 2014

Masjid Su’ada atau lebih dikenal dengan nama Masjid Ba'angkat adalah salah satu masjid tertua di Kalimantan Selatan yang berlokasi di desa Wasah Hilir, Kecamatan Simpur, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Masjid ini didirikan oleh ulama bernama Al Allamah Syekh H. Abbas dan Al Allamah Syekh H.M. Said bin Al Allamah Syekh H. Sa’dudin pada tanggal 28 Zulhijjah 1328 Hijriyah bersamaan dengan tahun 1908 Masehi. Masjid ini didirikan di atas tanah wakaf milik Mirun bin Udin dan Asmail bin Abdullah seluas 1.047,25 meter persegi. Masjid ini berjarak sekitar 7 kilometer dari ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kandangan.
  • Tingkat pertama mengandung makna Syariat
  • Tingkat kedua mengandung makna Thariqat
  • Tingkat ketiga mengandung makna Hakikat
  • Loteng mengandung makna Ma’rifat
  • Petala/petaka yang megah berkilauan yang dihiasi oleh cabang-cabang yang sdang berbunga dan berbuah melambangkan kesempurnaan Ma’rifat
Kalang Hadangan terletak di Daha Barat, Utara dan Selatan Kecamatan Daha, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS). Untuk diketahui, agar bisa melihat atau mengabadikan aktivitas kerbau rawa ini, para pengujung harus datang lebih pagi.  Sehingga ketika para pengembala melepas kerbaunya dapat dilihat diabadikan dengan baik. Biasanya pelepasan kerbau rawa, dilakukan pada pukul 07.30.  Setelah dilepaskan, kerbau rawa ini, digiring ke padang pengembalaan dengan menggunakan kelotok.
Setelah beberapa menit diawasi, kerbau-kerbau rawa yang ada dipengembalaan ditinggalkan pergi oleh pengembala untuk mengerjakan yang lainnya. Setelah petang, pada pukul 06.30, kerbau-kerbau rawa tersebut kembali digiring untuk pulang ke kalang. Aktivitas seperti ini, berjalan terus-menerus selama puluhan tahun.

Selasa, 04 Maret 2014

Arung Jeram dengan Bambu ( Bambu Rafting )

 
Cuma ada di Loksado arung jeram dengan bambu. Bayangkanlah serunya arung jeram, namun bukan dengan perahu karet, melainkan rakit bambu. Pengalaman arung jeram yang unik ini, bisa Anda dapatkan jika berkunjung ke Loksado, di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan sekitar 3/4 jam dari Banjarmasin. Bagi Anda yang suka fotografi, pemandangan di sekitar sungai Amandit adalah lokasi yang cocok untuk berburu foto. Liburan yang asek dan biaya yang murah jika dibandingkan pergi liburan ke luar pulau.

Lanting yang dibentuk artistik ini mampu mengarungi jeram serta riam yang bercadas dan berarus deras. Karena keunikannya, maka memancing para wisatawan untuk merasakan sensasi petualangan mengarungi sungai amandit dengan lanting paring / bambu ini. Bercengkerama dengan riam dan jeram berarus deras seraya berhanyut di atas rakit bambu sambil menikmati panorama alam yang indah sepanjang pinggiran sungai yang eksotis akan memberikan kesan tersendiri. Petualangan mengarungi seungai amandit dengan rakit bambu ini didampingi oleh pemandu lanting yang terlatih, sehingga wisatawan bisa dengan leluasa menikmati petualangan ini. 

Berpetualang menikmati keindahan alam Hulu Sungai Selatan, khususnya kawasan Loksado akan memberikan pengalaman baru yang tidak dapat ditemui di daerah lain, air terjun indah yang dibalut dengan rimbunnya hutan tropika akan sangat sayang jika tak dikunjungi, melihat geliat masyarakat lokal dengan menggunakan rakit bambu mengarungi terjalnya jeram-jeram sungai Amandit sambil menikmati indahnya panorama alam pegunungan, merupakan tantangan untuk sekedar memompa sedikit adrenalin anda ketika ikut menyusuri sungai amandit dengan lanting paring / rakit bambu.

TARIF BAMBOO RAFTING ( BALANTING PARING )

LOKSADO - NI'IH
Rp. 250.000,-
Jarak tempuh sekitar 2,5 jam
Penumpang 2 atau 3 orang
Joki 1 orang  

Senin, 03 Maret 2014


Perjalanan menuju air Terjun Haratai Loksado memiliki sensasi tersendiri, jalan berliku-liku serta naik dan turun gunung, menikmati aroma pegunungan yang khas, melihat pemandangan sekitar gunung yang indah. Cocok sekali untuk anda liburan. Yang suka fotografi bisa foto-foto karena keindahan pemandangan sekitar sangat bagus sekali. Untuk menuju ke lokasi air terjun Haratai tidak dapat menggunakan mobil tetapi tenang saja disana banyak tersedia ojek motor trail atau menggunakan motor roda dua pribadi anda. Ketika sampai di lokasi air terjun Haratai rasa lelah anda pasti hilang karena di sekitar air terjun udaranya sangat sejuk sekali.
Air Terjun Haratai
Salah satu keindahan alam Borneo yang tak bosan untuk dinikmati adalah di Loksado. Kawasan wisata andalan Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kalimantan Selatan ini berada didaerah pegunungan Meratus.Bumi Borneo (Kalimantan) memang memiliki beragam kekayaan yang luar biasa. Bukan hanya kaya akan Sumber Daya Alamnya saja, tetapi Borneo juga memiliki keindahan alam dan beragam seni serta budaya yang benar-benar mampu memikat siapa saja untuk mengunjunginya.  Wisata alam yang ada di Loksado bukan hanya air terjun Haratai dan air panas Tanuhi saja tetapi ada juga air terjun yang tak kalah mempesona, yakni air terjun Kilat Api. Air terjun Kilat Api hanya berjarak lebih kurang 950 meter dari obyek wisata air panas Tanuhi.

Air Terjun Kilat Api

Berkunjung ke kota Kandangan menjadi kesempatan untuk menikmati obyek wisata Loksado di kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Kawasan Loksado dapat dijangkau setelah melewati jalanan yang berliku namun mulus. Di perjalanan ini pengunjung juga dapat menemukan gua di dinding tinggi yang disebut gua Batu Bini. Sesampainya di kawasan Loksado wisatawan akan terkagum akan pesona air terjun Haratai yang masih alami. Besarnya air terjun dan sejuknya kawasan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Puas menikmati keindahan alam air terjun Harati, wisatawan dapat memanjakan tubuh dengan berendam air panas Tanuhi yang bersumber dari mata air pegunungan Meratus.  Air panas  Tanuhi ini dipercaya juga dapat mengobati beragam penyakit kulit, maupun memperlancar peredaran darah. Nah setelah seharian berwisata di Hulu Sungai Selatan, tak lengkap jika tidak mencicipi kuliner khas berupa ketupat Kandangan. Ketupat yang mudah dihancurkan ini sangat nikmat dimakan bersama kuah yang berisi ikan haruan atau ikan gabus.
( Perjalanan Reporter Andyani Purnama dan juru kamera Fery Anwar ke Kota Kandangan, Hulu Sungai Selatan dalam program Jendela Wisata, Minggu, 1 November 2009, pukul 11.30 WIB, di TPI )

Jumat, 28 Februari 2014

Telaga itu tidak seberapa lebar dan dalam, kurang lebih tiga meter panjangnya dan dua meter lebarnya dengan kedalaman dua meter. Airnya Bening dan jernih, tidak pernah kering walau kemarau panjang sekalipun. Letaknya di atas sebuah pematang, di bawah keteduhan, kelebatan, dan kerindangan pepohonan, khususnya pohon limau. Jika pohon-pohon limau itu berbunga, berkerumunlah burung-burung dan serangga mengisap madu. Di permukaan tanah itu menjalar dengan suburnya sejenis tumbuhan, gadung namanya. Gadung mempunyai umbi yang besar dan dapat dibuat menjadi kerupuk yang gurih dan enak rasanya. Akan tetapi, jika kurang mahir mengolah bisa menjadi racun bagi orang yang memakannya karena memabukkan.
 Daerah itu dihuni seorang lelaki tampan, Awang Sukma namanya. la hidup seorang diri dan tidak mempunyai istri. Ia menjadi seorang penguasa di daerah itu. Oleh karena itu, ia bergelar data. Selain berwajah tampan, ia juga mahir meniup suling. Lagu-lagunya menyentuh perasaan siapa saja yang mendengarkannya.
         
         Awang Sukma sering memanen burung jika pohon limau sedang berbunga dan burung-burung datangan mengisap madu. Ia memasang getah pohon yang sudah dimasak dengan melekatkannya di bilah-bilah bambu. Bilah-bilah bambu yang sudah diberi getah itu disebut pulut. Pulut itu dipasang di sela-sela tangkai bunga. Ketika burung hinggap, kepak sayapnya akan melekat di pulut. Semakin burung itu meronta, semakin erat sayapnya melekat. Akhirnya, burung itu menggelepar jatuh ke tanah bersama bilah-bilah pulut. Kemudian, Awang Sukma menangkap dan memasukkannya ke dalam keranjang. Biasanya, puluhan ekor burung dapat dibawanya pulang. Konon itulah sebabnya di kalangan penduduk, Awang Sukma dijuluki Datu Suling dan Datu Pulut.
            
            Akan tetapi, pada suatu hari suasana di daerah itu amat sepi. Tidak ada burung dan tidak ada seekor pun serangga berminat mendekati bunga-bunga Iimau yang sedang merekah. “Heran,” ujar Awang Sukma, “sepertinya bunga limau itu beracun sehingga burung-burung tidak mau lagi menghampirinya.” Awang Sukma tidak putus asa. Sambil berbaring di rindangnya pohon-pohon limau, ia melantunkan lagu-lagu indah melalui tiupan sulingnya. Selalu demikian yang ia lakukan sambil menjaga pulutnya mengena. Sebenarnya dengan meniup suling itu, ia ingin menghibur diri. Karena dengan lantunan irama suling, kerinduannya kepada mereka yang ia tinggalkan agak terobati. Konon, Awang Sukma adalah seorang pendatang dari negeri jauh.
Awang Sukma terpana oleh irama sulingnya. Tiupan angin lembut yang membelai rambutnya membuat ia terkantuk-kantuk. Akhirnya, gema suling menghilang dan suling itu tergeletak di sisinya. Ia tertidur. Entah berapa lama ia terbuai mimpi, tiba-tiba ia terbangun karena dikejutkan suara hiruk pikuk sayap-sayap yang mengepak. Ia tidak percaya pada penglihatannya. Matanya diusap-usap.
          
        Ternyata, ada tujuh putri muda cantik turun dari angkasa. Mereka terbang menuju telaga. Tidak lama kemudian, terdengar suara ramai dan gelak tawa mereka bersembur-semburan air. “Aku ingin melihat mereka dari dekat,” gumam Awang Sukma sambil mencari tempat untuk mengintip yang tidak mudah diketahui orang yang sedang diintip.
         
         Dari tempat persembunyian itu, Awang Sukma dapat menatap lebih jelas. Ketujuh putri itu sama sekali tidak mengira jika sepasang mata lelaki tampan dengan tajamnya menikmati tubuh mereka. Mata Awang Sukma singgah pada pakaian mereka yang bertebaran di tepi telaga. Pakaian itu sekaligus sebagai alat untuk menerbangkan mereka saat turun ke telaga maupun kembali ke kediaman mereka di kayangan. Tentulah mereka bidadari yang turun ke mayapada.
         
         Puas bersembur-semburan di air telaga yang jernih itu, mereka bermain-main di tepi telaga. Konon, permainan mereka disebut surui dayang. Mereka asyik bermain sehingga tidak tahu Awang Sukma mengambil dan menyembunyikan pakaian salah seorang putri. Kemudian, pakaian itu dimasukkannya ke dalam sebuah bumbung (tabung dari buluh bekas memasak lemang). Bumbung itu disembunyikannya dalam kindai (lumbung tempat menyimpan padi).
       
     Ketika ketujuh putri ingin mengenakan pakaian kembali, ternyata salah seorang di antara mereka tidak menemukan pakaiannya. Perbuatan Awang Sukma itu membuat mereka panik. Putri yang hilang pakaiannya adalah putri bungsu, kebetulan paling cantik. Akibatnya, putri bungsu tidak dapat terbang kembali ke kayangan. Kebingungan, ketakutan, dan rasa kesal membuat putri bungsu tidak berdaya. Saat itu, Awang Sukma keluar dari tempat persembunyiannya. “Tuan Putri jangan takut dan sedih,” bujuk Awang Sukma, “tinggallah sementara bersama hamba”. Tidak ada alasan bagi putri bungsu untuk menolak. Putri bungsu pun tinggal bersama Awang Sukma.
      
      Awang Sukma merasa bahwa putri bungsu itu jodohnya sehingga ia meminangnya. Putri bungsu pun bersedia menjadi istrinya. Mereka menjadi pasangan yang amat serasi, antara ketampanan dan kecantikan, kebijaksanaan dan kelemahlembutan, dalam ikatan cinta kasih. Buah cinta kasih mereka adalah seorang putri yang diberi nama Kumalasari. Wajah dan kulitnya mewarisi kecantikan ibunya.
   
Rupanya memang sudah adat dunia, tidak ada yang kekal dan abadi di muka bumi ini. Apa yang disembunyikan Awang Sukma selama ini akhirnya tercium baunya. Sore itu, Awang Sukma tidur lelap sekali. Ia merasa amat lelah sehabis bekerja. Istrinya duduk di samping buaian putrinya yang juga tertidur lelap. Pada saat itu, seekor ayam hitam naik ke atas lumbung. Dia mengais dan mencotok padi di permukaan lumbung sambil berkotek dengan ribut. Padi pun berhamburan ke lantai. Putri bungsu memburunya. Tidak sengaja matanya menatap sebuah bumbung di bekas kaisan ayam hitam tadi. Putri bungsu mengambil bumbung itu karena ingin tahu isinya. Betapa kaget hatinya setelah melihat isi bumbung itu.
“Ternyata, suamiku yang menyembunyikan pakaianku sehingga aku tidak bisa pulang bersama kakak-kakakku,” katanya sambil mendekap pakaian itu.
Perasaan putri bungsu berkecamuk sehingga dadanya turun naik. Ia merasa gemas, kesal, tertipu, marah, dan sedih. Aneka rasa itu berbaur dengan rasa cinta kepada suaminya. “Aku harus kembali,” katanya dalam hati. Kemudian, putri bungsu mengenakan pakaian itu. Setelah itu, ia menggendong putrinya yang belum setahun usianya. Ia memeluk dan mencium putrinya sepuas-puasnya sambil menangis. Kumalasari pun menangis. Tangis ibu dan anak itu membuat Awang Sukma terjaga.
Awang Sukma terpana ketika menatap pakaian yang dikenakan istrinya. Bumbung tempat menyembunyikan pakaian itu tergeletak di atas kindai.  Sadarlah ia bahwa saat perpisahan tidak mungkin ditunda lagi. “Adinda harus kembali,” kata istrinya. “Kanda, peliharalah putri kita, Kumalasari. Jika ia merindukan ibunya, Kanda ambillah tujuh biji kemiri, masukkan ke dalam bakul. Lantas, bakul itu Kanda goncang-goncangkan. Lantunkanlah sebuah lagu denganngan suling Kanda. Adinda akan datang menjumpainya.”
       
     Putri bungsu pun terbang dan menghilang di angkasa meninggalkan suami dan putri tercintanya. Pesan istrinya itu dilaksanakannya. Bagaimana pun kerinduan kepada istrinya terpaksa dipendam karena mereka tidak mungkin bersatu seperti sedia kala. Cinta kasihnya ditumpahkannya kepada Kumalasari, putrinya.
Konon, Awang Sukma bersumpah dan melarang keturunannya untuk memelihara ayam hitam yang dianggap membawa petaka bagi dirinya. Telaga yang dimaksud dalam legenda di atas kemudian diberi nama Telaga Bidadari, terletak di desa Pematang Gadung. Desa itu termasuk wilayah Kecamatan Sungai Raya, delapan kilometer dari kota Kandangan, ibukota Kabupaten Hulu Sungai Selatan Propinsi Kalimantan Selatan.
          Sampai sekarang, Telaga Bidadari banyak dikunjungi orang. Selain itu, tidak ada penduduk yang memelihara ayam hitam, konon sesuai sumpah Awang Sukma yang bergelar Datu Pulut dan Datu Suling

Kamis, 20 Februari 2014

Taniran adalah salah satu kampung besar di bagian Utara Kandangan. Saat ini, secara administratif kampung Taniran terbagi menjadi dua desa, yaitu Desa Taniran Kubah dan Desa Taniran Selatan. Di Desa Taniran Kubahlah terletak makam keramat Datu Taniran, lebih kurang 8 km dari kota Kandangan.

Masyarakat kampung Taniran sudah lama dikenal religius, paling tidak sejak akhir abad ke-18. Saya punya bukti bahwa sebelum kedatangan Datu Taniran, masyarakat kampung ini sudah dididik oleh Sayyid Hasan bin Hasyim Assegaf, yaitu ayahnya Sayyid Abu Bakr yang dikenal sebagai Habib Lumpangi di Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Sayyid Hasan ini diperkirakan berdomisili di kampung Taniran sekitar pergantian abad ke-18 dan 19 M, atau beriringan dengan masa-masa terakhir kehidupan Datu Kalampayan. Makam Sayyid Hasan sekarang dapat diziarahi di Desa Taniran Kubah sekitar 1 km lebih ke dalam daripada makam Datu Taniran.

Adapun Datu Taniran, nama beliau adalah Tuan Guru Haji Muhammad Thaib alias Haji Sa’duddin bin Mufti Haji Muhammad As’ad bin Syarifah binti Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Beliau dilahirkan di Dalam Pagar, Martapura, pada tahun 1774, dan meninggal pada 1858 di Taniran Kubah. Di dalam Manaqib Datu Taniran disebutkan bahwa beliau sempat bertemu langsung dengan Datu Kalampayan. Sejak usia 25 tahun, Datu Taniran sudah dikirim ke Haramain untuk belajar agama selama 10 tahun. Namun, beliau banyak berguru kepada ayah beliau sendiri dan juga kakak-kakak beliau, di samping tidak ketinggalan pula saudara beliau seperti Datu Pagatan dan Datu Balimau.

Menurut catatan sejarah, Datu Taniran berkhidmat sekitar 45 tahun di Kampung Taniran. Masa pengkhidmatan beliau itu merupakan era kejayaan religius Kesultanan Banjar, yakni bertepatan dengan masa pemerintahan Sultan Adam al-Watsiq Billah antara 1825-1857 M. Seperti diketahui dari catatan sejarah Kesultanan Banjar, di masa Sultan Adam inilah terwujudnya Undang-Undang Syariat Islam yang dikenal dengan sebutan Undang-Undang Sultan Adam. Di masa ini, penjajahan Belanda boleh dikatakan belum terjadi di Negeri Banjar, karena secara de facto Belanda baru berkuasa setelah mangkatnya Sultan Adam beriringan dengan menjelang wafatnya Datu Taniran.

Oleh: Ahmad Harisuddin

Jika anda berwisata ke bumi antaludin, maka mampirlah di makam Al Allamah Syekh H. Sa’dudin (H.M Thayib) di Taniran Kecamatan angkinang yang jaraknya ± 8 km dari kota Kandangan. Beliau merupakan buyut dari pengarang kitab Sabilal Muhtadin, Datu Kelampayan Syekh Maulana H.Muhammad Arsyad Al Banjari.


Beliau termasuk sala seorang wali Allah SWT yang sepanjang hidupnya digunakan untuk da’wah agama Islam guna menegakkan kalimat Tauhid agar manusia selamat dunia dan akhirat. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan beliau dimasa hidupnya dapat dipelajari melalui biografi atau manakib beliau.Makam/kubah Datu Taniran ini merupakan makam yang paling sering dan banyak dikunjungi orang, jika dibandingkan dengan makam/kubah lainya yang terdapat di Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

Senin, 10 Februari 2014


Tugas dakwah tidaklah mengenal waktu dan tempat, dari sekian banyak keturunan Datu Kalampayan yang berdakwah di luar daerah adalah 'Alimul Allamah Haji Ahmad bin Alimul Allamah Mufti Haji Muhammad As'ad anak dari Syarifah binti Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari, beliau adalah salah satu ulama yang sempat menimba ilmu secara langsung dari Datuk beliau yaitu Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari dan dari ayahnya sendiri yang merupakan seorang Mufti di kala itu, seorang yang ber ilmu lagi mengamalkan ilmunya, rendah hati, pemurah, penyabar dan di segani segenap lapisan masyarakat karena berani menegakkan kebenaran. 
            Beliau mendapat tugas untuk menyebarkan ilmu di daerah Balimau Kandangan, dengan ilmu yang beliau miliki dari hasil belajar dengan datuk nenek beliau yang berpengatahuan luas, beliau melakukan dakwah, beliau merupakan anak ketiga dari 12 bersaudara keturunan dari mufti Syeikh Muhammad As'ad bin Syarifah binti Syeikh Muhammad Arsyad al Banjari, adapun anak anak dari Syeikh Muhammad As'ad adalah :
1. Alimul Allamah Haji Abu Thalhah wafat dan dimakamkan di Tenggarong Kutai kalimantan Timur
2. Allimul Allamah Haji Abu hamid wafat dan di makamkan di Ujung Pandaran Sampit kalimantan Tengah
3. Allimul Allamah Haji Ahmad wafat dan dimakamkan di Balimau Kandangan kalimantan Selatan
4. Allimul Allamah Haji Muhammad Arsyad lamak Mufti Pagatan dimakamkan di Pagatan Tanah Bumbu Kalsel.
5. Allimul Allamah Haji Sa'dudin wafat dan dimakamkan di kampung Taniran Kubah Kandangan Kalsel.
1. Saudah
2. Rahmah
3. Saidah
4. Salehah
5. Sunbul
6. Limir
7. Afiah
Konon menurut cerita masyarakat makam beliau yang sekarang ,yang terletak di daerah balimau adalah bukan tempat beliau di makamkan pertama kali.dahulunya setelah beliau wafat di makamkan di satu tempat namun tanpa di ketahui makam tersebut hilang, tapi pada satu malam makam beliau hilang tersebut terlihat satu cahaya terang benderang dari makam beliau yang pertama berpindah ke makam beliau yang sekarang ini.juga menurut penuturan masyarakat setempat ditempat makam beliau yang pertama telah di jadikan sarang maksiat oleh para perampok, oleh sebab itulah maka makam beliau berpindah dengan sendirinya dengan ijin Allah SWT ketempat yang lebih baik.

Selasa, 07 Januari 2014

السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡ُ
                                        
PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN
DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 
JL. JENDERAL SUDIRMAN NO 26 TEL 0517-21363 KANDANGAN 71271
EMAIL disbudparkabhss@gmail.com


Visi : 
Terwujudnya Ketahanan Budaya dan Primadona Pariwisata Kalimantan Menuju Kabupaten Agropolitan Yang Mandiri Unggul dan Religius

Misi :
  1. Mengembangkan Budaya Daerah
  2. Mengembangkan Wisata Unggul dan Religius
Tujuan Dinas Budpar :
  1. Mewujudkan Sapta Pesona Wisata dan daya tarik wisata alam dan budaya yang ada di kab HSS dengan berorentasi pada ekonomi kerakyatan.
  2. Mewujudkan profesionalisme, kualitas pelayanan pariwisata melalui peningkatan kualitas perijinan, kelembagaan, manajemen dan SDM nya.
  3. Dikenal luasnya produk wisata daerah secara luas baik ditingkat regional, nasional maupun internasional.  
Sasaran Dinas Budpar :
  1. Semakin banyaknya ragam obyek daya tarik wisata yang mampu menarik minat wisatawan untuk datang ke kabubapten HSS
  2. Semakin mudah dan murahnya wisatawan dalam menjangkau objek dan daya tarik wisata di wilayanh HSS melalui upaya pengembangan jalur-jalur wisata dan jaringan jalan dan transportasi
  3. Terciptanya kualitas pelayanan wisata yang baik dalam upaya meningkatkan jumlah kunjungan wisata
  4. Tumbuh berkembangnya seni, budaya dan tradisi masyarakat setempat melalui penyelenggaraan event-event wisata yang continue
  5. Berkembangan industri makanan khas daerah 
  6. Meningkatkan SDM yang berkualitas disektor pariwisata
  7. Tersebarluasnya pariwisata HSS secara lebih efektif, sistimatis dan kontinue
  8. Semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan peluang-peluang usaha sektor pariwisata
  9. Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan Sapta Pesona dalam rangka mendukung kunjungan wisatawan
  10. Meningkatnya arus kunjungan wisatawan dalam rangka peningkatan PAD dari sektor pariwisata 
Design by Asfi